Oleh Ahmad Mukhlis
Abu Nawas adalah tokoh sufi yang dikenal zuhud. Suatu hari ia pergi ke pasar melihat pedagang kursi yang lengah. Akhirnya terbersit dalam pikirannya untuk mencuri kursi dan benar saja ia pun nekat mencuri kursi lalu didudukinya. Semua orang yang melihat kelakuan Abu Nawas tercengang dan sebagian ramai-ramai akan memukuli Abu Nawas. Tapi aparat keamanan dari Kerajaan Abasyiah mengamankannya dan membawa Abu Nawas dalam ruang interogasi.
Penyidik bertanya, “Hai Abu Nawas atas dasar apa kau mencuri kursi?,”
Abu Nawas hanya diam membisu tak satu katapun keluar. Sang penyidik hampir saja memukulnya. Hingga ditanya komandan polisi kerajaan sekalipun Abu Nawas tetap diam.
Kisah Abu Nawas diatas meski sudah berusia ratusan tahun tapi tampaknya relevan dibawa ke alam kekinian, terutama dalam konteks Ciamis. Sayangnya sosok Abu Nawas tidak hadir dalam suasana Ciamis, sehingga para “maling” hingga kini tetap terhormat dalam jabatannya yang mentereng. Tentu saja maling para era Abu Nawas dengan era sekarang jelas berbeda baik karakter, cara memalingnya hingga modus operandi menghilangkan jejaknya. Tapi ada persamaan bahwa maling yang dekat istana selalu selamat, sedang maling di ruang publik akan dihajar langsung baik oleh masyarakat maupun aparat.
Tapi saya sendiri pesimis bisakah kita memilih bupati sekaliber Abu Nawas? Tampaknya melihat pergeseran nilai sosial saat ini, saya tidak yakin tahun 2008 kita akan memiliki bupati yang ideal dan bersih. Kenapa demikian ? Tolong dicermati soal kriteria calon kandidat bupati. Hampir sembilan puluh persen penduduk Ciamis yang melek politik menentukan kriteria pertama adalah berapa tabungan kandidat di rekening. Soal dia jujur, bersih atau tidak itu ditempatkan dalam nomor belakang. Jadi sangat mafhum jika kelak sang bupati yang telah mengeluarkan dana miliaran juga akan apatis terhadap masyarakat.
Setidaknya itulah bayangan gelap ke depan. Entah penyakit apa yang menjangkiti masyarakat Ciamis, belakangan masyarakat senang disuap atau menjual hak pilihnya. Benarkah alasan ekonomi semata atau ada alasan lain? Berdasarkan hasil survai dan pemetaan politik, ternyata jual beli hak pilih sebagian memang karena soal ekonomi, terutama masyarakat kecil yang dijual kepalanya oleh para elit politik. Sedangkan bagi kelas menengah elit politik, jual beli hak pilih dan perahu semata-mata untuk menambah kekayaan. Jadi jangan salahkan jika kelak bupati terpilih kembali menjadi maling.
Seperti diketahui, tipikal kelas menengah dan elit politik Ciamis adalah borjuis menak yang ingin selalu diperlakukan terhormat dengan kekayaan dan jabatannya. Itulah sebabnya mereka selalu menampilkan diri serba tahu hajat masyarakat bahkan seperti mendapatkan mandat untuk menentukan masa depan masyarakat. Dan masyarakat kecil yang sudah hafal dibohongi mengiyakan dengan kompensasi uang atau proyek. Akhirnya terbangunlah sombiosis mutualisme yang memunculkan kaum oportunistik. Kondisi sosial politik semacam ini jelas kurang menguntungkan untuk membangun demokratisasi di tingkat lokal.
Karena itu siapa lagikah yang peduli dengan masa depan Ciamis? Saatnya arus bawah maju melakukan perubahan radikal dengan menempatkan kelas menengah dan elit dalam posisi pinggir bukan penentu perubahan sosial. Pasalnya selama ini kebijakan pembangunan apapun yang selalu menikmati adalah kelas menengah dan elit, sebab mereka memang punya akses dengan jaringan politik kekuasaan. Jaringan ini harus dipotong dan kemudian pembangunan difokuskan ke basis masyarakat. Termasuk dalam pola penganggaran, masyarakat harus berpartisipasi. Ini kalau Anda sebagai masyarakat tidak menggadaikan hak pilih dan idealisme kepada calon bupati yang diusung kaum pemaling lho...***
Penulis adalah pengamat politik lokal yang kini tercatat sebagai mahasiswa S2 Magister Ilmu Lingkungan Unsoed Purwokerto.
3 komentar:
Ciamis baru saja selesai hajatan PILKADA. Selamat kepada dulur-dulur yang telah berpartisipasi ikutan PILKADA dengan tertib dan aman! Selamat juga kepada para Golputers!
Sayangnya Abu Nawas ngak kepilih.
Untuk daerah-daerah yang belum menyelenggarakan PILKADAL, Pilih Saya No.1 sila kunjungi di http://opiniorangbiasa.blogspot.com
he.he...he... posting baru dong pak lama2 bosen kalau ga ada yang baru. kapan kita tempur PAK dah kangen buanget. mari kita hancurkan ANTEK-ANTEK . salam buat musuhku pak bilangin siap-siap aja buat di kasih pelajaran itu yang namanya ANTEK-ANTEK.
Siap lur
Posting Komentar